Kenapa Orang Selingkuh? Ini 7 Alasan Psikologis yang Harus Kamu Tahu
Selingkuh adalah salah satu hal paling menyakitkan dalam hubungan. Tidak hanya menghancurkan kepercayaan, tapi juga meninggalkan luka emosional yang sulit disembuhkan. Namun pertanyaan yang sering muncul adalah: kenapa orang selingkuh?
Apakah karena bosan? Kurang cinta? Atau sekadar kesempatan?
Faktanya, perilaku selingkuh tidak selalu sesederhana itu. Di balik pengkhianatan, ada faktor psikologis yang kompleks — mulai dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, trauma masa lalu, hingga masalah kepribadian.
Artikel ini akan membahas secara mendalam 7 alasan psikologis utama mengapa orang bisa berselingkuh, agar kamu bisa memahami akar masalahnya dan lebih bijak dalam menghadapi situasi ini.
1. Kebutuhan Emosional yang Tidak Terpenuhi
Hubungan yang sehat bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang keterikatan emosional.
Ketika seseorang merasa tidak lagi didengarkan, tidak dihargai, atau kurang diperhatikan oleh pasangannya, ia bisa mulai mencari “pemenuhan” dari orang lain.
Secara psikologis, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa diperhatikan dan dipahami. Jika hal itu hilang dalam hubungan utama, muncul dorongan bawah sadar untuk mencarinya di luar — bukan karena tidak cinta, tetapi karena merasa kosong secara emosional.
Contoh nyata:
Seorang istri yang merasa suaminya terlalu sibuk bekerja tanpa memperhatikan perasaannya, mungkin menemukan kenyamanan saat ada rekan kerja yang mendengarkan dan memberi perhatian kecil.
Intinya: Selingkuh sering kali berakar dari kekosongan emosional, bukan sekadar nafsu.
2. Rasa Bosan dan Rutinitas yang Menyesakkan
Dalam jangka panjang, hubungan bisa kehilangan spark yang dulu membuat semuanya terasa menyenangkan. Rasa bosan ini bisa menjadi lahan subur bagi perselingkuhan.
Secara psikologis, manusia memiliki dorongan alami untuk mencari stimulasi baru (novelty seeking). Saat hubungan terasa monoton, sebagian orang akan mencoba mencari sensasi atau gairah baru — bukan karena hubungan buruk, tapi karena mereka ingin merasakan kembali “rasa hidup.”
Kondisi ini sering muncul pada pasangan yang:
-
Sudah lama menikah tanpa komunikasi mendalam.
-
Terjebak rutinitas harian yang membosankan.
-
Tidak lagi memiliki waktu berkualitas bersama.
Selingkuh, bagi sebagian orang, terasa seperti “petualangan baru” yang menggairahkan. Padahal, itu hanyalah pelarian dari kebosanan yang tidak pernah diatasi bersama.
3. Keinginan untuk Merasa Diinginkan Kembali
Salah satu kebutuhan psikologis manusia yang paling dalam adalah ingin merasa berharga dan diinginkan.
Ketika dalam hubungan jangka panjang seseorang merasa diabaikan, tidak lagi dipuji, atau kehilangan daya tarik di mata pasangannya, muncul kerinduan untuk “diakui kembali.”
Selingkuh dalam hal ini bukan semata mencari pasangan baru, tetapi mencari validasi diri.
Contohnya:
Seorang pria yang mulai menua mungkin merasa kehilangan pesonanya. Saat ada wanita lain yang memujinya, ia merasa “hidup kembali.”
Menurut psikolog hubungan, perilaku ini berkaitan dengan krisis identitas dan harga diri. Orang tersebut tidak benar-benar menginginkan hubungan baru, tapi ingin kembali merasa “berarti.”
4. Pengaruh Lingkungan dan Kesempatan
Tidak bisa dipungkiri, faktor kesempatan juga berperan besar dalam perselingkuhan.
Lingkungan kerja yang intens, pertemanan yang permisif, atau situasi di mana seseorang sering bertemu dengan orang lain dalam konteks pribadi dapat membuka peluang untuk hubungan terlarang.
Namun, yang lebih dalam lagi adalah faktor psikologis “impuls kontrol.”
Sebagian orang sulit mengendalikan dorongan sesaat ketika kesempatan muncul, terutama jika ada kombinasi antara ketertarikan fisik dan kedekatan emosional.
Menurut riset dari Journal of Personality and Social Psychology, orang dengan tingkat pengendalian diri rendah (low self-control) cenderung lebih mudah tergoda, terutama ketika merasa stres atau tidak bahagia dalam hubungan utamanya.
Pelajaran penting: Kesempatan mungkin datang kepada siapa saja, tapi tidak semua orang memilih untuk melakukannya. Yang membedakan adalah kemampuan untuk menahan impuls dan kesadaran moral.
5. Trauma Masa Lalu dan Pola Hubungan Tidak Sehat
Beberapa orang berselingkuh karena membawa luka emosional dari masa lalu — baik dari keluarga maupun hubungan sebelumnya.
Contohnya:
-
Tumbuh dalam keluarga yang sering berselingkuh membuat seseorang menganggap hal itu “normal.”
-
Pernah dikhianati, sehingga membentuk pola “lebih baik aku duluan daripada disakiti lagi.”
-
Memiliki gangguan keterikatan (attachment issue) yang membuatnya sulit mempercayai pasangan sepenuhnya.
Secara psikologis, perilaku selingkuh dalam kasus ini bukan tentang mencari cinta baru, tapi bentuk mekanisme pertahanan diri (defense mechanism).
Selingkuh dijadikan cara untuk mengendalikan rasa takut akan kehilangan atau ditolak.
Sayangnya, tanpa disadari, mereka justru mengulangi pola luka yang sama dan melukai orang lain.
6. Kurangnya Kematangan Emosional dan Tanggung Jawab
Tidak semua orang dewasa secara usia benar-benar dewasa secara emosional.
Beberapa orang masih berpikir bahwa cinta hanya tentang kesenangan dan perhatian, tanpa memahami tanggung jawab dan komitmen di baliknya.
Kurangnya kematangan ini membuat seseorang:
-
Sulit mengelola konflik dengan sehat.
-
Mudah lari dari masalah.
-
Tidak mampu menahan godaan ketika hubungan sedang tidak harmonis.
Bagi mereka, selingkuh sering kali tampak seperti “jalan pintas” untuk melarikan diri dari ketegangan emosional, padahal hanya menunda penyelesaian masalah sebenarnya.
Dalam psikologi hubungan, ini disebut “avoidant coping” — perilaku menghindar daripada menghadapi kenyataan.
Kesimpulannya:
Kematangan emosional adalah pondasi kesetiaan. Tanpa itu, cinta mudah goyah ketika dihadapkan pada tantangan.
7. Dorongan Seksual dan Fantasi yang Tidak Tersalurkan
Meskipun tidak selalu menjadi alasan utama, dorongan seksual tetap menjadi faktor signifikan.
Dalam beberapa kasus, salah satu pasangan merasa kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi — baik karena perbedaan libido, jarak, atau masalah komunikasi.
Namun, di balik itu ada aspek psikologis yang lebih dalam: fantasi dan ekspektasi yang tidak dibicarakan.
Selingkuh bisa muncul saat seseorang merasa tidak bisa mengekspresikan keinginannya dalam hubungan, entah karena malu, takut ditolak, atau merasa pasangannya tidak akan mengerti.
Alih-alih membicarakan secara terbuka, ia mencari pelampiasan di luar.
Padahal, dengan komunikasi yang jujur, banyak masalah seksual bisa diselesaikan tanpa harus mengkhianati pasangan.
Dampak Psikologis Setelah Selingkuh
Banyak yang mengira orang yang berselingkuh tidak merasa bersalah. Padahal kenyataannya, sebagian besar mengalami konflik batin yang besar.
Beberapa dampak psikologis yang umum terjadi:
-
Rasa bersalah dan malu – terutama jika hubungan utama masih memiliki nilai emosional.
-
Kecemasan dan ketakutan ketahuan.
-
Stres karena harus “berakting” normal di depan pasangan.
-
Kehilangan identitas dan arah hidup.
Menariknya, ada juga yang merasa lega setelah ketahuan, karena tekanan batin akibat menyembunyikan rahasia begitu berat.
Bagi pihak yang diselingkuhi, dampaknya bisa lebih dalam:
-
Trauma emosional jangka panjang.
-
Sulit percaya lagi pada orang lain.
-
Gangguan kecemasan atau depresi.
Itulah mengapa memahami alasan psikologis selingkuh sangat penting — bukan untuk membenarkan, tetapi untuk memahami akar masalah dan mencegahnya terjadi kembali.
Bagaimana Mencegah Selingkuh dalam Hubungan
Berikut beberapa langkah praktis yang bisa membantu memperkuat hubungan agar tidak mudah tergoda selingkuh:
-
Bangun komunikasi jujur dan terbuka.
Jangan biarkan perasaan tidak nyaman mengendap. Bicarakan setiap masalah, sekecil apa pun. -
Pelihara kedekatan emosional.
Saling mendengarkan dan menghargai perasaan pasangan adalah bentuk cinta yang paling kuat. -
Ciptakan variasi dalam hubungan.
Coba hal-hal baru bersama: traveling, hobi, atau aktivitas intim yang berbeda. -
Kenali dan kendalikan godaan.
Sadar bahwa kesempatan bisa muncul kapan saja, tapi kesetiaan adalah pilihan. -
Perbaiki diri dan pola pikir.
Jangan menunggu pasangan berubah — fokuslah menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri. -
Jangan takut mencari bantuan profesional.
Konseling pasangan dapat membantu mengurai masalah sebelum berubah menjadi pengkhianatan.
Selingkuh bukan hanya persoalan cinta yang pudar atau godaan sesaat.
Di baliknya, ada lapisan psikologis yang kompleks: kebutuhan emosional, rasa bosan, trauma masa lalu, hingga ketidakmatangan dalam mengelola hubungan.
Memahami alasan-alasan ini bukan untuk membenarkan perilaku selingkuh, tapi untuk mencegah dan memperbaiki hubungan dengan lebih bijak.
Ingatlah:
Kesetiaan bukan hanya soal tidak berbuat curang, tapi tentang memilih pasangan yang sama setiap hari, bahkan ketika ada alasan untuk menyerah.

.png)
Posting Komentar untuk "Kenapa Orang Selingkuh? Ini 7 Alasan Psikologis yang Harus Kamu Tahu"
Apa tanggapan anda tentang artikel diatas?