Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Menanamkan Pondasi Awal Pada Anak (Pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Pendidikan Akhlak/Karakter)

Pentingnya Menanamkan Pondasi Awal Pada Anak (Pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Pendidikan Akhlak/Karakter) - Keluarga atau rumah tangga, pada hakekatnya merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh pendidikan diluar rumah. Begitu pula halnya pendidikan agama harus dilakukan oleh orangtua sewaktu kenak-kanak dengan membiasakan pada akhlak dan tingkah laku yang baik. 

seseorang yang tidak dididik secara benar pada masa kanak-kanaknya, akan terbiasa mengembangkan kebiasaan dan akhlak yang buruk, tidak mampu menemukan jalan hidup yang benar ketika mereka dewasa dan kemudian tua. Mereka tidak dapat hidup sebagai mana mestinya dalam masyarakat lantaran amoralitasnya, hal ini karena mereka mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan buruk masa kanak-kanak mereka, sehingga menyusahkan dan menghinakan diri mereka dan masyarakat.  untuk itu, pentingnya pendidikan anak dalam keluarga sebagai upaya menanamkan nilai-nilai dasar kehidupan agar memiliki pondasi yang kokoh ketika mereka hidup dilingkungan ketika menginjak remaja dan dewasa. Ada 3 materi pokok atau dasar yang wajib diajarkan pada seorang anak agar dapat menjadi pondasi dasar dalam kehidupannya.

Pentingnya Menanamkan Pondasi Awal Pada Anak (Pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Pendidikan Akhlak/Karakter)
Suasana Pendidikan di Madrasah

Pendidikan Tauhid/Akidah
Tauhid menurut bahasa adalah mengesakan. Sementara menurut syairat, tauhid yaitu mengesakan Allah. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar.  Ilmu tauhid dapat juga diartikan ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat  yang wajib dan boleh ditetapkan bagi-Nya serta apa yang wajib ditiadakan dari-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul untu membuktikan kebenaran kerasulannya serta apa yang wajib ada pada mereka dan apa yang boleh dan tidak boleh dinisbatkan kepada mereka. 
Mempelajari ilmu tauhid itu hukumnnya fardhu’ain atau kewajiban pribadi (perorangan). Kewajiban itu dimaksudkan untuk memantapkan keimanan  (keyakinan)  sehingga tidak akan mudah goyah karena adanya kepercayan-kepercayaan yang lain. Dalam QS.Lukman: 13, telah digambaran pendidikan tauhid/akidah yang diajarkan Lukman pada anaknya.

Artinya: “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS.Lukman: 13) 

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah: Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/ mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan.  Syeh Nasikh Ulwan berpendapat, bahwa yang pertama kali harus ditanamkan kepada anak adalah keimanan kepada Allah, kemudian kepada Malaikat dan kitab-kitab yang diturunkan Allah, hari akhirat dan kepercayaan bahwa semua perbuatan manusia selalu dibawah pengawasan Allah.  Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pentingnya pendidikan tauhid/akidah diberikan kepada anak, sebab tauhid yang tertanam dalam jiwa seorang anak akan mewarnai perjalanan hidupnya.


Pendidikan Ibadah
Setelah urusan akidah, yang telah diajarkan Luqman pada buah hatinya, maka giliran ibadah yang diajarkannya sebagai konsekuensi aqidah. Perintiah untuk menjalankan shalat menegaskan bahwa dari sekian banyak ibadah kepada Allah, shalat merupakan ibadah yang utama.  Sebagaimana Lukman memerintahkan anaknya untuk mengerjakan Shalat dalam QS. Luqman: 17.

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman: 17) 

pada intinya mengajak dan mengajarkan berbagai ibadah, baik yang wajib maupun tidak, bukanlah perkara yang mudah. Orangtua harus menjadi cntoh secara langsung karena anak hidup bersamanya. Sia-sia belaka jika orangtua mengajak beribadah, sementara mereka sendiri tidak menjalankannya. Untuk itu orangtua hendaklah menjadi figur ketika mengajari anak untuk melaksanakan shalat.

Pendidikan Akhlak/Karakter
Istilah “karakter’ dalam bahasa Yunani dan Latin, character berasal dari kata charassein yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan..  pengertian pendidikan karakter secara khusus adalah membina dan mangarahkan anak-anak agar memiliki karakter yang baik atau akhlak yang terpuji.  Pendidikan karakter atau akhlak telah tercantum dalam QS. Luqman: 19.

Artinya: “dan sederhanalah kamu dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”(QS. Luqman: 19)

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam QS.Luqman: 13-19 mengajarkan kita pentingya penanaman nilai-nilai pendidikan tauhid, ibadah dan akhlak pada anak agar anak memiliki pondasi dasar yang kuat untuk memulai kehidupannya dengan berbagai ancaman dan tantangan yang akan dihadapinya ketika meginjak masa remaja dan dewasa.

Istilah ketahanan nasional terdiri dari dua suku kata, yaitu ketahanan dan nasional. Ketahanan berasal dari bahasa “tahan” (kuat), yang berarti kuat menderita, dapat menguasai diri tetap pada keadannya, keteguhan hati dan kesabaran. Kata “nasional” tersimpul pengertian pemerintah serta menunjukkan  sebagai kesatuan dan persatuan kepentingan bangsa yang telah menegara.  Jadi ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu banga yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segalam ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, dalam upaya mengejar tujuan nasional Indonesia. 

Ketahanan pribadi yang perlu ditumbuh kembangkan tentunya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sekitar yang diwakili oleh lingkungan keluarga.ketahanan pribadi yang kuat secara timbal balik memberikan pengaruh pada ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga ini secara bertahap akan berpengaruh pula pada tumbuhnya ketahanan lingkungan dan ketahanan daerah yang pada akhirnya akan dapat mewujudkan ketahanan nasional.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam mewujudkan ketahanan nasional diperlukan penguatan keluarga sebagai bentuk lembaga terkecil dalam suatu negara/bangsa. Kekuatan keluarga yang kokoh akan melahirkan generasi yang bagus (thayyibah), untuk dapat melanjutkan perputaran generasi tersebut diperlukan pendidikan keluarga yang dilaksanakan orangtua kepada anaknya agar memiliki ketahanan ketika ia dewasa dan membentuk keluarga baru. Ketahanan setiap anggota keluarga yang diawali dengan pendidikan keluarga pada akhirnya mewujudkan ketahanan nasional secara berkelanjutan.

Orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka di jalan yang benar. Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Muliakanlah anak-anakmu dengan menanamkan akhlak yang baik dan kebaikan-kebaikan yang dibutuhkan”. Pendidikan yang benar adalah salah satu faktor untuk mewujudkan generasi bangsa yang beradap dan berkualitas. Seorang anak yang telah dididik secara benar pada masa kanak-kanaknya, mengetahui seni hidup yang baik. Mereka dapat menarik manfaat dari pendidikan awal mereka ketika mereka beranjak dewasa dan tua. Mereka dapat tampil baik di hadapan keluarga mereka dan masyarakatnya.

Ketika seorang anak yang telah dididik sejak dini dalam lingkungan keluarga, akan memiliki pondasi yang kuat untuk membentuk Ketahanan keluarga dimasa depan. Hal ini secara bertahap akan berpengaruh pula pada tumbuhnya ketahanan lingkungan dan ketahan daerah yang pada akhirnya akan dapat mewujudkan ketahanan nasional.

Baca Juga:

Posting Komentar untuk "Pentingnya Menanamkan Pondasi Awal Pada Anak (Pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Pendidikan Akhlak/Karakter)"